Fiction

"Kenapa kau begitu membenciku?", kau bertanya padaku.

"Kenapa kau harus menyakitinya?", aku berusaha mengabaikan luka yang terpancar dari matamu. "Dia sahabatmu bukan? Kalian satu SMA, dan masih bersama sampai sekarang. Kau sendiri yang mengatakan kepadanya, 'Kita ditakdirkan untuk bersama', tapi kenapa kau harus menyakitinya?"

"Aku hanya ingin membuat mereka senang, ini bagian dari pekerjaan kita", kau berusaha mencari pembelaan.

"Dengan menyakitinya? Dengan menunjukkan kekurangannya dan membuktikan kau lebih hebat dari dia dihadapan orang-orang?", Aku tak berani menatap matamu, tak mau menatap luka di sinar matamu. Melihat wajahmu yang memucat saja cukup membuatku merasa tak enak hati, tapi ingatan kejadian tadi siang terus terulang dikepalaku, membuat perasaan ini semakin menyesak didada.

"Aku tak pernah bermaksud seperti itu,". katamu lirih.

"Tapi itulah yang terjadi, tak bisakah kau lihat luka dimatanya?", Aku melihatmu hampir menangis.

Kau hanya terdiam,menatapi buku-buku jarimu yang kau remas dengan kaku. Kau terlihat begitu lemah dan menyesal, tetapi bayangan kesedihannya terukir jelas dibenakku.

"Aku benar-benar benci padamu Kikwang".
  • Facebook
  • Twitter
  • Digg
  • Delicious
  • Google Buzz

0 komentar:

Posting Komentar