Solo The Spirit of Java : The Other Side of Heritage City

Kota Solo merupakan sebuah kota yang sarat akan nilai budaya dan sejarah di setiap sudut kotanya. Perpaduan antara sejarah dan perkembangan zaman terlihat sangat jelas diantara kontrasnya bangunan-bangunan tua yang berjejer bersama gedung pencakar langit di kota Solo. Sebut saja beberapa bangunan tua seperti benteng vastenberg, kantor tua disamping BTC, stasiun Solo Kota, yang masih bisa kita lihat setiap harinya meskipun terlihat sedikit tidak terurus.

Pasar tradisional pun tak pernah terkalahkan oleh berbagai supermarket dan pusat perbelanjaan modern lain yang mulai bermunculan, bahkan seringkali jauh lebih ramai karena daya tarik nya terhadap setiap turis lokal dan manca negara yang mampir ke kota Solo. Sebut saja Pasar Klewer, yang kepadatannya tak pernah mengurangi ketertarikan turis untuk adu tawar menawar dengan berbagai penjual didalam sana. Belum lagi Pasar Besar yang benar-benar Besar, dengan kemegahannya dan keteduhannya, selalu berada di daftar pertama tujuan belanja.

Beberapa perkampungan pengrajin seperti Kampung Batik Kauman, Kampung Batik Laweyan dan Kampung Pengrajin Seng didaerah Semanggi juga menjadi salah satu daya tarik tersendiri, dimana batik dan kerajinan seng telah meresap didalam kehidupan sehari-hari masyarakat kota Solo didaerah tersebut.

Sejarah kota Solo tidaklah singkat. Ketika saya datang ke Keraton Kasunanan dalam rangka mengantar tamu dari Jakarta, saya memperhatikan sejarah berdirinya keraton di kota Solo. Tak banyak yang tau bahwa ternyata keluarga Raja pertama kali membangun keraton didaerah yang sekarang kita kenal dengan sebutan Kartasura. Namun karena terkena bencana alam (yang kalau tak salah ingat adalah banjir), keraton pun dipindahkan ke daerah yang lebih aman, atau yang sekarang kita kenal sebagai daerah Baluwarti, dan nama nya pun berganti menjadi Surakarta (dibalik dari kata Kartasura). Daerah dari keraton yang baru pun dibuat lebih tinggi dari daerah sekitarnya dengan cara mengeduk tanah didaerah sekitar keraton supaya kejadian kebanjiran tidak terulang kembali. Kalau kita mau menengok sedikit didaerah kelurahan Pasar Kliwon tempat Keraton Kasunanan sekarang berada, beberapa daerah didekat sungai ternyata memang lebih rendah daripada daerah yang dekat dengan keraton. Yang paling terlihat adalah daerah disekitar Kali PP yang juga melintasi SMP N 6 Surakarta dan SMA Islam Diponegoro.
Bekas keraton didaerah Kartasura sampai sekarang masih ada (meskipun saya belom mengunjunginya secara langsung). Beberapa keluarga dan abdi dalem pun masih ada yang bertempat tinggal didaerah Kartasura dan tidak berpindah ke daerah Baluwarti.

Memperkaya kebudayaan yang ditinggalkan masa lalu dengan bangunan tua sebagai saksi bisunya, berbagai perayaan tradisional yang mengisi perjalanan tahunan di Kota Solo juga memiliki daya tarik tersendiri. Solo International Performing Arts, Solo International Ethnic Music, Solo Batik Carnival, berbagai festifal Tari dan Seni baik annual maupun rutin, dan perayaan hari besar agama selalu dinanti oleh masyarakat Solo dan turis. Acara favorit saya adalah perayaan Hari Imlek, dimana daerah disekitar Pasar Besar akan disulap menjadi berwarna MERAH dan EMAS. Saya selalu menanti waktu menonton barongsai dan berfoto dibawah lampion didekat tugu jam di bundaran depan Pasar Besar.

Solo adalah kota yang selalu sarat dengan budaya dan sejarah, tak peduli berapa banyak bangunan pencakar langit yang menutupi pandangan menara Keraton Kasunanan kearah Pantai Parang Tritis dibangun, ataupun seberapa banyak bis Batik Solo Trans dan Bis Tingkat Werkudara beroperasi. Kemajuan teknologi dan era globalisasi hanya akan membuat kebudayaan kota Solo semakin terasa kental di hati :)


  • Facebook
  • Twitter
  • Digg
  • Delicious
  • Google Buzz

0 komentar:

Posting Komentar